Belajar dari "Ilmu Garam"
Pernah gak ngalamin yang namanya masalah dan kesibukan datang bertubi-tubi, saling silih berganti tanpa tiada henti? Sebagian mungkin ada yang menjawab tidak pernah, sebagian lagi mungkin menjawab belum pernah, sebagian menjawab pernah, sebagian lagi menjawab terkadang dan sebagian yang lainnya menjawab sering.
Dalam hidup seseorang, -insya Alloh- sering atau pernah mengalami yang namanya masalah, apa pun itu jenis masalahnya, mulai dari masalah kesehatan yang berkurang, dompet yang menipis, skripsi yang gak kelar-kelar #ehcurhat sampai masalah hati yang (selalu) bikin galau. Atau pun ukuran masalahnya, ada masalah yang sederhana namun rumit adapula masalah yang kompleks namun mudah (tergantung dari bagaimana seseorang menyikapinya).
Yap gaes, itulah dinamika kehidupan yang sebenarnya. Setiap orang yang hidup di dunia -insya Alloh- akan merasakan yang namanya masalah. Masalah yang datang ke kita, sadarilah hakikinya bukan malah menjadikan diri kita lemah, melainkan menjadikan diri kita kuat, menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Itulah yang membuat kehidupan ini menarik untuk dijalani.
Cara menyikapi masalah, kita dapat belajar dari "ilmu garam" -maksudnya?-
Ilustrasinya begini, ada dua wadah sama-sama berisikan air tawar yang memenuhi ruang wadah tersebut, yang pertama wadah gelas berukuran kecil dan yang kedua wadah bak berukuran besar.
Kedua wadah tersebut, gelas kecil dan bak besar, sama-sama kita masukan tiga sendok garam kemudian kita aduk hingga garam itu larut ke dalam air, lalu coba rasakanlah. Bagaimana rasa air yang ada di gelas kecil dan bagaimana rasa air yang ada di bak besar? Rasa air di wadah mana yang lebih asin? -insya Alloh- pasti rasa air di gelas kecil yang lebih asin dibandingkan dengan air yang ada di bak besar bukan?
Garam tadi diibaratkan sebagai masalah, sedangkan wadahnya adalah hati kita. Masalah, bahkan masalah kecil apabila kita menerima dan menyikapinya dengan hati yang sempit, maka kita akan merasa kesulitan dan merasa tidak mampu menghadapi masalah tersebut begitu pun dengan masalah besar. Jadi seberapa kecil atau besarnya masalah dalam hidup yang kita hadapi, cobalah untuk memiliki hati sebesar wadah bak besar bahkan seluas samudera (artinya milikilah hati yang lapang), karena bila kita sudah mampu memiliki hati yang lapang, maka sebesar apa pun masalah -insya Alloh- kita akan mampu menghadapinya.
Dengan memiliki hati yang lapang, hati yang senantiasa bersyukur, hati yang beriman dan hati yang baik maka percayalah bahwa kebahagiaan akan segera datang menghampiri. Karena kebahagiaan yang sebenarnya datangnya dari dalam hati.
Yuk, mulai sekarang kita coba terapkan ilmu garam ini dalam kehidupan sehari-hari!
Salam beku dari Planet Nebula yang jauh di sana :)
Dalam hidup seseorang, -insya Alloh- sering atau pernah mengalami yang namanya masalah, apa pun itu jenis masalahnya, mulai dari masalah kesehatan yang berkurang, dompet yang menipis, skripsi yang gak kelar-kelar #ehcurhat sampai masalah hati yang (selalu) bikin galau. Atau pun ukuran masalahnya, ada masalah yang sederhana namun rumit adapula masalah yang kompleks namun mudah (tergantung dari bagaimana seseorang menyikapinya).
Yap gaes, itulah dinamika kehidupan yang sebenarnya. Setiap orang yang hidup di dunia -insya Alloh- akan merasakan yang namanya masalah. Masalah yang datang ke kita, sadarilah hakikinya bukan malah menjadikan diri kita lemah, melainkan menjadikan diri kita kuat, menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Itulah yang membuat kehidupan ini menarik untuk dijalani.
Cara menyikapi masalah, kita dapat belajar dari "ilmu garam" -maksudnya?-
Ilustrasinya begini, ada dua wadah sama-sama berisikan air tawar yang memenuhi ruang wadah tersebut, yang pertama wadah gelas berukuran kecil dan yang kedua wadah bak berukuran besar.
Kedua wadah tersebut, gelas kecil dan bak besar, sama-sama kita masukan tiga sendok garam kemudian kita aduk hingga garam itu larut ke dalam air, lalu coba rasakanlah. Bagaimana rasa air yang ada di gelas kecil dan bagaimana rasa air yang ada di bak besar? Rasa air di wadah mana yang lebih asin? -insya Alloh- pasti rasa air di gelas kecil yang lebih asin dibandingkan dengan air yang ada di bak besar bukan?
Garam tadi diibaratkan sebagai masalah, sedangkan wadahnya adalah hati kita. Masalah, bahkan masalah kecil apabila kita menerima dan menyikapinya dengan hati yang sempit, maka kita akan merasa kesulitan dan merasa tidak mampu menghadapi masalah tersebut begitu pun dengan masalah besar. Jadi seberapa kecil atau besarnya masalah dalam hidup yang kita hadapi, cobalah untuk memiliki hati sebesar wadah bak besar bahkan seluas samudera (artinya milikilah hati yang lapang), karena bila kita sudah mampu memiliki hati yang lapang, maka sebesar apa pun masalah -insya Alloh- kita akan mampu menghadapinya.
Dengan memiliki hati yang lapang, hati yang senantiasa bersyukur, hati yang beriman dan hati yang baik maka percayalah bahwa kebahagiaan akan segera datang menghampiri. Karena kebahagiaan yang sebenarnya datangnya dari dalam hati.
Yuk, mulai sekarang kita coba terapkan ilmu garam ini dalam kehidupan sehari-hari!
Salam beku dari Planet Nebula yang jauh di sana :)
Komentar
Posting Komentar