Bapakku Hebat!
Entah terlambat atau mungkin sudah sangat terlambat, baru sekarang aku membuat tulisan mengenai sosok pemimpin di keluargaku. Ya, Bapak. Bapak kandungku sudah meninggal dunia di saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Bapakku meninggal dunia karena sakit liver yang sudah cukup lama dideritanya.
Kenangan yang begitu aku ingat bersama Bapak sampai saat ini adalah di saat kami saling bercanda dan bermain di rumah kontrakan sederhana kami. Saat itu aku baru selesai mandi pagi, kemudian Bapak meledekku dan aku pun coba melempar Bapak dengan handuk yang habis aku gunakan untuk mengeringkan badan. Lemparan handukku tidak pernah mengenai Bapak, karena beliau selalu menghindar. Sampai saatnya, lemparan handukku mengenai piala penghargaan TK (Taman Kanak-Kanak)-ku. Melihat piala penghargaanku patah menjadi dua bagian, sontak aku langsung menangis sekeras-kerasnya, aku pun langsung menyalahkan Bapakku atas kejadian itu. Melihat aku yang menangis tak henti, Bapakku langsung memelukku dan meminta maaf. Bapak berjanji mau memperbaiki piala itu. Sampai suatu hari, Bapak menepati janjinya. Aku melihat piala itu sudah diperbaiki walau dengan seadanya.
Hatiku tergerak ingin menulis sebuah tulisan singkat mengenai Bapak, karena setiap aku bertemu dengan orang yang merupakan saksi hidup Bapakku, selalu membandingkan diriku dengan beliau. Setiap mereka melihatku, mereka akan teringat dengan sosok Bapak. Perilaku, semangat dan sifat Bapak seperti terwariskan kepadaku. Tak heran, setiap mereka melihatku -insya Alloh- mereka akan memanggilku dengan nama Bapak.
Mereka selalu menceritakan kebaikan-kebaikan dan kehebatan Bapak kepadaku. Pekerja keras, pantang menyerah, semangat berjuang dan suka menolong sesama tanpa pamrih, begitu yang mereka ingat tentang Bapak. Tak pernah sekali pun mereka menceritakan kejelekan Bapak kepadaku.
Oh Bapak, betapa bangga aku sebagai anakmu saat mendengar mereka bercerita tentangmu. Tubuhku gemetar dan air mataku ingin keluar namun kutahan, mendengar semua cerita perjuangan dan betapa kerasnya semangat dan kerja kerasmu sebagai tulang punggung keluarga kala itu.
Bapak, maafkan semua kesalahan-kesalahan yang pernah aku perbuat kepadamu. Mungkin sudah terlambat aku baru merindukan keberadaanmu saat ini, maafkan aku yang baru tumbuh dewasa sebagai seorang lelaki, lelaki yang menggantikan peranmu sebagai pemimpin di keluarga kecil ini. Aku ingin menjadi seperti dirimu, sosok Bapak yang sangat bersahaja, ramah, pekerja keras, suka menolong sesama tanpa pamrih. Sosok idola bagi anaknya.
Kini, hanya do'a yang senantiasa aku panjatkan kepada Alloh SWT yang mampu aku berikan, tidak ada yang lain. Semoga aku bisa tumbuh menjadi anak yang kau inginkan dan kau doakan semasa kau hidup.
Bapak, tetaplah jadi idola buat Anas...
Bapak, Anas bangga kepadamu...
Bapakku Hebat!
Keep strong, buddy!
BalasHapus